Andi Sumangerukka (ASR) dan Hugua menghadiri pelantikan sultan Buton ke-XLI. Jumat, 18 Oktober 2024. (Istimewa) |
BUTON, SANGIASULTRA.ID – Pelantikan Sultan Buton Ke-XLI, Paduka Yang Mulia (PYM) Ir. H. LM. Sjamsul Qamar MT.IPU, berlangsung khidmat dan megah di Benteng Kesultanan Buton, Baubau, pada Jumat, 18 Oktober 2024.
Upacara sakral ini menandai babak baru dalam sejarah Kesultanan Buton, menggantikan mendiang Sultan La Ode Muhammad Izat Manarfa yang wafat pada Maret 2024.
Dalam momentum bersejarah ini, pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Andi Sumangerukka (ASR) dan Hugua, turut hadir sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian adat istiadat dan budaya lokal.
Kehadiran mereka tidak hanya menarik perhatian masyarakat, tetapi juga memperlihatkan komitmen politik mereka dalam menjaga warisan sejarah yang menjadi identitas masyarakat Buton.
ASR dan Hugua tiba di Masjid Agung Keraton Buton, tempat prosesi pelantikan dimulai, dengan ASR tiba lebih awal, disusul Hugua tak lama kemudian.
Prosesi pelantikan ini berlangsung penuh khidmat, disaksikan oleh tokoh-tokoh penting dari berbagai kalangan, termasuk Ketua DPRD Sultra La Ode Tariala, Ketua Umum Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN) YM. Dr. KPH. Eddy Wirabhumi SH. MM, dan Penjabat Gubernur Sulawesi Tenggara Andap Budhi Revianto.
Dalam sambutannya, Andap menekankan pentingnya peran adat dan budaya dalam pembangunan daerah.
Ia menyebutkan bahwa budaya merupakan identitas yang harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.
“Kita harus bangga dengan kekayaan budaya kita. Inilah warisan yang harus kita jaga bersama untuk generasi mendatang,” ujarnya penuh semangat.
Pelantikan Sultan Sjamsul Qamar menjadi simbol kekuatan adat yang terus hidup di tengah modernisasi.
Andi Sumangerukka menyampaikan harapannya bahwa pelantikan ini menjadi momentum untuk memperkuat sinergi antara pemerintah dan masyarakat adat dalam membangun Sulawesi Tenggara yang lebih baik.
“Pelantikan ini menjadi simbol kuat persatuan, kekuatan budaya, dan harapan baru menuju masa depan yang lebih gemilang,” kata ASR dalam pernyataannya di sela-sela acara.
Ia menegaskan bahwa keberadaan Kesultanan Buton sebagai pusat adat dan budaya harus terus didukung, dan pemerintah harus mengambil peran aktif dalam menjaga keberlanjutan tradisi yang sudah ada sejak lama.
Dukungan ASR dan Hugua terhadap pelestarian budaya lokal merupakan bagian dari visi besar mereka untuk memajukan Sulawesi Tenggara.
Dengan kehadiran mereka dalam momen sakral ini, ASR-Hugua memperlihatkan bahwa adat istiadat tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga aset penting dalam membangun identitas dan kemajuan daerah.
Penulis : Muhammad